Selasa, 29 April 2014

423. The Power of "Hope"



Dahulu, ada seorang pengusaha yang cukup berhasil dikota ini. Ketika sang suami jatuh sakit, satu persatu pabrik mereka dijual.
Harta mereka habis, terkuras oleh biaya pengobatan. Hingga mereka harus pindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan yang sangat sederhana. Sang suami pun telah tiada.
Beberapa tahun kemudian, rumah makan itu harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil di sebelah pasar.
Setelah sekian lama tidak mendengar kabar, kini setiap malam tampak sang istri dibantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota. Cucunya sudah ada beberapa.
Orang-orang pun masih mengenal masa lalunya yang berkelimpahan. Namun ia tidak kehilangan senyumnya yang tegar saat melayani para pembeli. Wahai Ibu, bagaimana kau sedemikian kuat...?
"Harapan nak...!
Jangan kehilangan harapan.
Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya.
Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita tak akan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian.
Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia" 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar