Senin, 09 Juni 2014

437. Arti Kebahagiaan



Dari jam mahal ditangannya sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi, sementara sudah hampir 10 menit mobil sama sekali tidak bergerak dan didepannya antrean mobil sedemikian panjang. Dari mobil mewah seri terbarunya Pak Hartawan,, seorang yang sangat kaya nampak gelisah. Sesekali badannya ditegakkan dan melongok ke depan. Sopir pribadinya pun mengamati dari spion tengah tentang kegelisahan sang Majikan. Dari sudut kanan depan tiba-tiba datang seorang wanita dengan pakaian sangat kumal. Wanita itu tidak memiliki tangan, sementara di pundaknya digantungkan sebuah tas untuk tempat recehan sedekah dari pengendara mobil. Jangan dikasih Man!, nanti kebiasaan ! perintah Pak Hartawan kepada Pardiman sopirnya. Sopirnya pun pura-pura cuek dan sibuk mengetuk-ngetuk setir, sambil sesekali melirik dari sudut matanya. 3 Menit berlalu namun pengemis wanita itu tetap berdiri disamping mobil seakan-akan memang sangat berhasrat untuk mendapatkan sedekah. Ah dasar pemalas !, ya udah Man kasih aja recehan, biar cepet pergi! sekali lagi Pak Hartawan memberikan perintah sambil memainkan gadget terbarunya. eNggak ada recehan Pak?, jawab Pardiman. Ya sudah, kasih aja uang pecahan yang paling kecil, jawab Pak Hartawan 

Akhirnya Pardiman mengambil satu lembar lima puluh ribuan yang merupakan pecahan terkecil di kotak uang di bawah tombol AC. Mendapatkan sedekah lima puluh ribu rupiah, pengemis wanita ini kegirangan, bukan main bahagianya, bahkan saking senangnya sampai lupa berterima kasih. Lihat tuh Man, dasar orang tak tahu diri sudah dikasih malah nggak bilang terima kasih. Bagaimana bisa menjadi orang bahagia kalau nggak pernah menghargai pemberian orang lain. Jalanan masih saja macet dan sudah lebih dari satu jam. 

Di samping kanan badan jalan, Pak Hartawan melihat pengemis wanita tadi sedang makan dengan lahap bersama 4 orang anak kecil. Wajahnya menampakkan gurat kebahagiaan yang tiada tara, sesekali dia melempar senyum senang sambil menatapi mobil yang sedang macet. Pak Hartawan melihat dengan mata nanar. Betapa bahagianya pengemis itu, hanya dengan lima puluh ribu rupiah dia bisa makan dan mungkin mentraktir 4 orang anaknya sambil tertawa dengan bahagia.?. Pak Hartawan melihat wajahnya sendiri di kaca spion tengah mobilnya. Apa kurangnya aku ini, aku berada dalam mobil mewah, tidak kepanasan. Di dompetku ada uang, ada ATM dengan saldo milyaran. Aku punya harta yang berlimpah ruah. Tapi sudah satu jam ini aku gelisah luar biasa, tidak ada satu hal kebahagiaan pun yang aku nikmati. Dilihatnya Pardiman yang sudah mulai terkantuk-kantuk namun tetap bersiul-siul kecil menyenandungkan lagu dangdut kesukaannya. Betapa mudah mereka untuk bahagia.

Dari sudut di ruang hatinya terdengar bisikan Ternyata bahagia tidak ada kaitannya dengan kepemilikan. Mungkin bahagia adalah bagaimana kita memandang sesuatu dan belajar mensyukuri terhadap apa yang kita dapatkan dan menikmatinya. Pak Hartawan tersenyum seakan menemukan sebuah kebahagiaan yang sederhana. Dibukanya pintu kaca mobil dan berteriak memanggil si pengemis wanita. Setelah pengemis itu dekat dengan pintu mobil, Pak Hartawan mengambil dompet dan mengambil 5 lembar ratusan ribu, dia ingin melihat kebahagiaan yang lebih besar. Diulurkan uang 5 lembar kepada sang pengemis. Pengemis itu justru mundur satu langkah dan berkata, Maaf Pak, kami sudah kenyang!. Selesai berujar pengemis itu pergi dan tidak menerima pemberian Pak Hartawan, dan dia melanjutkan kembali bercanda di seberang jalan dengan 4 orang anaknya. Membiarkan Pak Hartawan terbengong-bengong menyaksikan kesederhanaan sebuah kebahagiaan. 

Mungkin sangat jarang sekali pengemis yang gak nerima uang 500 rebu! tapi yang penting hikmah dibalik cerita itu..

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata cukup. Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. ? Cukup? jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia. 

Belajarlah untuk berkata Cukup!

Lain halnya dengan Ilmu … Jangan pernah Berkata CUKUP! Terus belajar, terus gali Ilmu, terus membaca!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar